banyak dari kita yang mengartikan
penderita disleksia itu sama dengan penderita lamban belajar tapi sebenarnya jauh berbeda lohh. karena mungkin
mereka sama-sama kurang dapat memahami kata,angka dan gambar dalam waktu cepat.
jadi mimin mau bagi info perbedaan disleksia dan penderita lamban belajar.
selamat membaca:)
Pengertian Disleksia
Kata disleksia diambil dari bahasa
Yunani, dys yang
berarti “sulit dalam …” dan lex (berasal dari legein, yang artinya berbicara). Jadi
disleksia merupakan kesulitan belajar, khususnya membaca dan berbicara, yang
dialami oleh anak yang bukan disebabkan oleh kecacatan tertentu. Anak yang
mengalami disleksia ini biasanya memiliki kecerdasan rata-rata. Mereka
mengalami kesulitan membaca bukan karena penglihatan atau pendengaran mereka
terganggu. Namun, terjadinya kesulitan membaca ini disebabkan oleh adanya
gangguan pada otak. .
Menulis pada Anak Disleksia
Ketika belajar menulis, anak-anak disleksia melakukan hal-hal berikut.
Ketika belajar menulis, anak-anak disleksia melakukan hal-hal berikut.
1. menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata;
2. tidak menuliskan sejumlah huruf-huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis;
3. menambahkan huruf-huruf pada kata yang ingin ia tulis;
4. mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf-huruf tersebut tidak sama;
5. menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan bunyi kata-kata yang ingin ia tuliskan;
6. mengabaikan tanda-tanda baca yang terdapat dalam teks-teks yang sedang ia baca.
Macam-macam disleksia
Ø Disleksia visual Disebabkan
oleh gangguan memori visual (penglihatan yang berat). Anak dengan gangguan ini
ditandai dengan sama sekali tidak dapat membaca huruf atau hanya dapat membaca
huruf demi huruf saja.
Membaca atau menulis huruf yang mirip bentuknya sering terbalik, misal : b dengan p, p dengan q.
Membaca atau menulis huruf yang mirip bentuknya sering terbalik, misal : b dengan p, p dengan q.
Ø Disleksia auditorik Disebabkan
gangguan pada lintasan visual (pengelihatan) - auditorik (pendengaran), dalam
hal ini bentuk-bentuk tulisan secara visual tidak mampu membangkitkan imajinasi
bunyi atau pengucapan kata-kata apapun atau sebaliknya dimana bunyi kata tidak
mampu membangkitkan bayangan huruf/kata tertulis.
Ø Disleksia
Primer (primary dyslexia)
Disleksia jenis ini sering sekali dikait-kaitkan dengan faktor keturunan. Penderita disleksia primer, biasanya sudah menunjukkan gejala-gejala disleksia sejak usia dini. Gejala ini berlanjut dan bersifat permanen hingga usia dewasa. Mayoritas penderita disleksia primer adalah laki-laki. Meskipun demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya disleksia dibawa oleh kromosom X yang ada pada ibu, dan bersifat resesif.
Disleksia jenis ini sering sekali dikait-kaitkan dengan faktor keturunan. Penderita disleksia primer, biasanya sudah menunjukkan gejala-gejala disleksia sejak usia dini. Gejala ini berlanjut dan bersifat permanen hingga usia dewasa. Mayoritas penderita disleksia primer adalah laki-laki. Meskipun demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebenarnya disleksia dibawa oleh kromosom X yang ada pada ibu, dan bersifat resesif.
Ø Disleksia
sekunder (secondary dyslexia)
Merupakan jenis disleksia, di mana seorang anak menderita cedera pada otak (brain damage) di usia yang sangat muda. Kerusakan otak inilah yang membuatnya mengalami ganguan membaca, bahkan ketika anak itu beranjak dewasa. Para penderita disleksia sekunder biasanya tidak memiliki riwayat keluarga penderita disleksia. Disleksia jenis ini sering kali disebabkan gangguan pada proses kehamilan, gangguan pada proses kelahiran, maupun benturan yang terjadi ketika anak tersebut masih bayi.
Merupakan jenis disleksia, di mana seorang anak menderita cedera pada otak (brain damage) di usia yang sangat muda. Kerusakan otak inilah yang membuatnya mengalami ganguan membaca, bahkan ketika anak itu beranjak dewasa. Para penderita disleksia sekunder biasanya tidak memiliki riwayat keluarga penderita disleksia. Disleksia jenis ini sering kali disebabkan gangguan pada proses kehamilan, gangguan pada proses kelahiran, maupun benturan yang terjadi ketika anak tersebut masih bayi.
Ø Disleksia
traumatis (traumatic dyslexia)
Biasanya dialami oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan benturan keras atau penyakit lain, seperti stroke misalnya, yang mengakibatkan cedera pada otak sehingga fungsi kebahasaan terganggu. Para penderita disleksia traumatis sering kali kehilangan kemampuan membaca.
Biasanya dialami oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan benturan keras atau penyakit lain, seperti stroke misalnya, yang mengakibatkan cedera pada otak sehingga fungsi kebahasaan terganggu. Para penderita disleksia traumatis sering kali kehilangan kemampuan membaca.
Ø
Pengobatan
Tidak ada obat dan teknik pengobatan tertentu untuk
disleksia. Diagnosis yang tepat sangat penting dalam menentukan tingkat
kelemahan dari penderita, dan merancang metode pengobatan yang sesuai.
Beberapa anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
ruang kelas, namun kebanyakan tidak. Jadi, orangtua sangat dianjurkan untuk
memasukkan anak mereka ke sekolah dengan kelas khusus atau yang menawarkan
kegiatan belajar dan latihan tambahan untuk membantu anak mereka yang memiliki
disleksia. Anak-anak yang menderita disleksia dianjurkan untuk menemui seorang
ahli terapi bahasa dan membaca serta seorang psikolog-saraf. Mereka juga
sebaiknya menemui konsultan dan guru mereka.
Disleksia dapat berdampak pada sikap dan perilaku mereka
terhadap kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Jadi, sangat penting bagi
orangtua untuk tidak pernah berhenti mendukung anak mereka untuk terus berlatih
menulis, membaca, dan berbicara.
Slow learner (Lambat belajar)
slow leaner atau lambat belajar ialah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90. Dengan kondisi seperti demikian, kemampuan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan lain, dianataranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis, olahraga, atau mengenakan pakaian). Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu, dan mereka kesulitan untuk berteman. Anak-anak lambat belajar ini juga cenderung kurang percaya diri. Kemampuan berpikir abstraknya lebih rendah dibandingkan dengan anak pada umumnya. Mereka memiliki rentang perhatian yang pendek. Anak dengan SL memiliki ciri fisik normal. Tapi saat di sekolah mereka sulit menangkap materi, responnya lambat, dan kosa kata juga kurang, sehingga saat diajak berbicara kurang jelas maksudnya atau sulit nyambung.
Anak lamban belajar (slow learner) merupakan
anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal, tetapi tidak
termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80 – 85). Dalam
beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon
rangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan
tunagrahita.
Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama
dibanding dengan sebayanya. Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi
mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras
untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler. Anak yang demikian akan
mengalami hambatan belajar, sehingga prestasi belajarnya biasanya juga di bawah
prestasi belajar anak-anak normal lainnya, yang sebaya dengannya. Mereka dapat
menyelesaikan SMP, tetapi mengalami kesulitan di SMA.
Mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang
untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non-akademik, dan
karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Slower learner sulit
untuk diidentifikasi karena mereka tidak berbeda dalam penampilan luar dan
dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Mereka memiliki
fisik yang normal, memiliki memori yang memadai, dan memiliki akal sehat.
Hal-hal normal inilah yang sering membingungkan para orangtua, mengapa anak
mereka menjadi slow-learner. Yang perlu diluruskan adalah walaupun slowerlearner memiliki kualitas-kualitas tersebut,
mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan
yang diperlukan karena keterbatasan IQ mereka.
itulah sedikit info dari mimin semoga bermanfaat:)
sumber
: https://www.alodokter.com/disleksia
https://www.docdoc.com/id/info/condition/disleksia
http://rossanahutari.blogspot.co.id/2012/11/anak-lamban-belajar-slow- earner.htm